Selasa, 22 November 2011

GO TO MAJALENGKA

 MAJALENGKA

1. MITOS MAJALENGKA

masyarakat majalengka pasti tau sejarah daerah masung masung.Bincang Majalengka sudah pasti akan merujuk ke sejumlah kisah dari kerajaan/padepokan dengan ciri khusus, semisal tautan dengan wilayah lain. Untuk lepas dari kekuatan mitologi yang membingkai sejarah Majalengka, perlu direkatkan fakta komprehensif bersama hipotesis yang mendukungnya.Diperlukan penelusuran sejarah Majalengka dan pencarian jejaknya sehingga hasilnya dapat dipahami secara logis dan tidak terkurung semata-mata oleh mitos atau warna magis.Upaya Majalengka yang direspons pemerintah setempat menjadi penting lantaran pada 7 Juni 2010 usia Majalengka diterakan pada angka 520 tahun. Benarkah? Inilah yang lantas membentuk tim penelusuran sejarah Majalengka dengan ketua sejarawan Universitas Padjadjaran, Nina Lubis.Dunia yang rasional memang tak mampu menghindar dari dunia irasional. Namun, jika terpaku pada irasionalitas, tidak akan ada sejarah yang dapat diterima sebagai kajian serta sajian yang logis dengan unsur pendukung penting metode ilmiah. Begitulah seharusnya sejarah mengedepankan kekuatan logika.Buah maja tiba-tiba langka. Kabar mitologi menyebutkan, Nyi Rambut Kasih dari Kerajaan Sindang Kasih jatuh cinta kepada Pangeran Muhammad (keturunan Pangeran Panjunan). Pangeran Muhammad yang bertugas menyebarkan agama Islam ke Majalengka pun akhirnya menjadi bagian integral dari sejarah Majalengka. Tak pelak penyebutan majae langka berakhir pada kata majalengka.
Kisah ini tentu saja tidak sepenuhnya diterima masyarakat, terlebih budayawan dan sejarawan yang mengedepankan fakta. Hal itu berbeda dengan Kerajaan Talagamanggung yang berawal dari sebuah padepokan di Desa Banjaran. Lingkung alam yang sejuk dan telaga kecil dengan air jernihnya memungkinkan Talagamanggung menarik minat pendatang, entah untuk berguru, berniaga, atau memulai kehidupan baru.Pendatang tak cuma dari Jawa, bahkan Campa (kini Kamboja) dan Thailand. Kerajaan Talagamanggung pada mulanya adalah padepokan di Gunung Bitung Talaga, didirikan oleh Rakaian Sudayasa pada abad ke-13 dengan penerusnya Dewa Niskala. Manuskrip lama Siksa Kandang Karsiyan (586 Masehi) menuliskan keberadaan Kerajaan Talagamanggung.
Kerajaan Talagamanggung diambil dari nama Prabu Talagamanggung yang juga dikenal sebagai Mundingsae Ageng dengan penanda tahun 1292 Masehi. Prabu Talagamanggung mempunyai keturunan, Putri Simbar Kencana dan Raden Panglurah. Raden Panglurah tidak berminat pada politik. Ia memilih kehidupan begawan, sedangkan Simbar Kencana tertarik pada tata kelola pemerintah.
Maka, keturunannya kelak (setelah Simbar Kencana menikah dengan Raden Kusumalaya), yakni Ratu Sunyalarang (Ratu Parung), menikah dengan Raden Ranggamantri dari Kerajaan Pajajaran. Pernikahan dengan mas kawin seperangkat gamelan, baju anti peluru, ukiran, uang blendong, keris, dan tombak itu pun memperkaya aset Kerajaan Talagamanggung.Talaga dan Sindang Kasih Kerajaan Talagamanggung ngahiyang (mengilang/sirna). Sastra lisan Majalengka menerangkan kedatangan seorang pangeran dari Lampung yang dinamai Palembang Gunung. Pangeran itu hendak mengabdi di kerajaan. Lantaran cerdas dan tampan serta pandai mengorganisasi, Palembang Gunung menikah dengan Putri Simbar Kencana, lantas menjadi mahapatih kerajaan.Cerita rakyat menyebut pada suatu masa terjadinya huru-hara dengan target kudeta menurunkan Prabu Talagamanggung. Pemberontakan yang dipimpin Citrasinga itu pun berhasil membinasakan Prabu Talagamanggung dengan senjata cis, sejenis kujang. Menurut kepercayaan masyarakat Talaga, kematian Prabu Talagamanggung itu menimbulkan tenggelamnya kerajaan. Berdasarkan cerita rakyat, tokoh di balik huru-hara itu tidak lain adalah Pangeran Palembang Gunung.Merunut paparan Teja Sukmana, budayawan Majalengka, ada makam Raden Arya Saringsingan di Banjaran, makam Raden Ranggamantri di Sanghiang, makam Ratu Sunyalarang di Cikiray, serta makam Raden Sacanata di Desa Argasari. Termasuk pula makam Sunan Wanaperih di Kagok. Namun, bagi Ibrahim Sumadinata (78), penelusuran sejarah Majalengka lebih pas apabila merujuk pada keberadaan Nyi Rambut Kasih di Kerajaan Sindang Kasih."Talaga itu kalah oleh Islam dari Cirebon, sedangkan Nyi Rambut Kasih tidak. Islam diterima dengan damai. Bahkan Pangeran Muhammad menjadi suaminya," ujar Ibrahim. Sindang kasih, menurut dia, ditaut dari kata candrasengkala. Candrasengkala berarti 1412 dan bila diubah ke tahun Masehi menjadi 1490. Maka, tahun 1490 itulah tahun kelahiran Majalengka.Candrasengkala sendiri merupakan khazanah budaya di Kerajaan Mataram. Tahun 1490 juga merupakan tahun kedatangan Pangeran Muhammad dari Cirebon bersama istrinya, Siti Amrillah. Keduanya menyebarkan Islam di Majalengka. Majalengka menganut Islam lebih dulu sebelum Rajagaluh. Wilayah Kerajaan Sindang Kasih terbentang dari Cilutung (Sumedang) hingga Gunung Kromong (Ciwaringin).Sejarah harus memuat unsur heroisme dan patriotisme. Sebab, sejarah merupakan penentu arah masa depan bangsa. Dengan demikian, jangan mewariskan sejarah yang tidak benar. Hal ini juga dapat ditaut dengan kisah islamisasi Talaga oleh Sunan Gunungjati dari Cirebon. Raden Ranggamantri yang menikah dengan Ratu Simbar Kencana, setelah memeluk Islam, mendapatkan gelar Pucuk Umun. Itu merupakan gelar kehormatan dari Sunan Gunungjati yang berarti perintis pemula.

2.Wisata Budaya 

a. Museum Talaga Manggung


Museum Talaga Manggung berada di Desa Talaga Wetan, Kecamatan Talaga. Dimana jarak yang harus ditempuh untuk menuju ke museum ini yaitu +26 km dari pusat kota Majalengka. Akses menuju lokasi tersebut sudah baik, dimana tidak hanya bisa di tempuh oleh kendaraan pribadi melainkan dapat di tempuh oleh angkutan umum seperti Maja – Cikijing, Cikijing – Bandung dan sebagainya. Banyaknya peninggalan sejarah dari Kerajaan Talaga Manggung seperti kereta kencana, peralatan perang, dan alat kesenian, yang menjadi daya tarik tersendiri, dan adanya adat memandikan perkakas yang rutin dilaksananakan setahun sekali. Pengunjung yang datang kelokasi wisata budaya ini pada umumnya pelajar. Untuk tiket masuk pada lokasi wisata budaya ini tidak ada ketentuan biaya yang harus di keluarkan hanya sebatas sumbangan sukarela. Serta masih kurangnya fasilitas penunjang yang ada di Museum Talaga Manggung.
Selain Museum Telaga Manggung, di Kabupaten Majalengka terdapat dua tempat bersejarah lainnya seperti Monumen Perjuangan Kawunghilir (Ceper, Baki tempat sirih, peti kayu besar, dan senjata) yang berada di Desa Cigasong dan Tugu Peringatan Riwayat Bangun Rangin yang berada di Kecamatan Jatitujuh.

b. Rumah Adat Penjalin

Kabupaten Majalengka memiliki Rumah Adat Penjalin yang berada di Desa Panjalin Kidul , Kecamatan Sumberjaya yang memiliki jarak tempuh +27 Km dari pusat Kota Majalengka dengan luas +100 m2. Rumah Adat Panjalin ini merupakan peninggalan sejarah atau objek wisata budaya pada masa lampau dari Eyang Sanata, Rumah Adat Panjalin ini hampir sama dengan rumah Adat Minahasa, Rumah Adat Panjalin pada masa dulu di beri nama alas panjalin yang artinya “hutan rotan”. Rumah adat ini hampir punah karena peninggalan benda-benda yang ada sudah tidak ada karena kurangnya perhatian dari pemerintah setempat dan kurangnya pengelolaan. Akses menuju lokasi rumah adat panjalin ini tidak sulit namun kondisi jalan menuju lokasi tersebut kurang baik dan tidak adanya angkutan umum yang menuju lokasi wisata budaya tersebut. Pengunjung yang datang ke Rumah Adat Panjalin masih ada meskipun tidak terlalu banyak, di hari-hari tertentu seperti malam jumat adanya pengunjung yang menginap di Rumah Adat Panjalin tersebut. Tidak adanya fasilitas penunjang yang terdapat di Rumah Adat Panjalin. Untuk dapat masuk ke rumah adat panjalin iini tidak ada pungutan biaya atau tidak di kenakan tiket.

c. Hutan Lindung Patilasan Prabu Siliwangi

Hutan Lindung Patilasan Prabu Siliwangi berada di Kelurahan Pajajar, Kecamatan Rajagaluh dengan luas mencapai +3 Ha yang dibangun pada tahun 2000/2001. Jarak dari pusat Kota Majalengka menuju lokasi objek wisata  +21km. Patilasan Prabu Siliwangi pada zaman dahulu merupakan suatu tempat peristirahatan Prabu Siliwangi dan konon katanya menurut masyarakat sekitar merupakan tempat menghilangnya Prabu Siliwangi. Dalam kawasan wisata ini terdapat dua talaga (Talaga Emas dan Talaga Pancuran) yang dianggap airnya suci oleh masyarakat sekitar dan pengunjung, sehingga sebelum melakukan ritual di patilasan tersebut pengunjung diharuskan mandi bersih di dua talaga tersebut. Selain talaga dan patilasan Prabu Siliwangi, dikawasan wisata ini juga terdapat pohon bambu peninggalan soekarno yang dari tahun ke tahun berjumlah 5 buah (tumbuh 1, mati 1) serta adanya kolam pemandian bagi pengunjung. Selain keindahan alam, pengunjung dapat menyaksikan kera-kera liar di sekitar kawasan ini dan berbagai jenis ikan langka yang terdapat di balong Cikahuripan. Selain itu di kawasan ini terdapat arena outbond (camping), kolam renang dan situ cipadung yang berbatasan langsung dengan Desa Indrakila Kecamatan Sindang.

d. Makam Buyut Kyai Arsitem
Terletak di Desa Sumber Wetan Kecamatan Jatitujuh dengan jarak tempuh +37 Km dari pusat Kota Majalengka yang memiliki luas +450 m2. Objek wisata ini merupakan wisata budaya (ziarah) yang merupakan makam Buyut Kyai Arsitem dipercaya oleh masyarakat akan mendapat berkah setelah berziarah ke makam tersebut. Makam ini ada hubungannya dengan sumur sindu, setiap pengunjung yang datang harus mandi di sumur sindu untuk membersihkan atau mensucikan diri kemudian berziarah ke Makam Buyut Kyai Arsitem. Akses menuju lokasi tersebut kurang baik seperti jalan yang rusak dan belum adanya angkutan umum yang menuju lokasi tersebut. Pengunjung yang datang ke tempat ini tidak hanya dari Kabupaten Majalengka melainkan dari kabupaten-kabupaten di sekitarnya seperti dari Kabupaten Indramayu.
e. Makam Eyang Natakhusuma

Eyang Natakhusuma merupakan tokoh sejarah kebudayaan pada masa kerajaan Talaga Manggung. Makam Eyang Natakhusuma Terletak di Desa Talaga Wetan Kecamatan Talaga dengan jarak tempuh +26 Km dari pusat Kota Majalengka yang memiliki luas +2 Ha. Akses menuju lokasi Makam Eyang Natkhusuma kurang baik dimana kondisi jalannya berupa jalan tanah. Fasilitas yang ada di lokasi tersebut  masih kurang memadai seperti lahan parkir dan fasilitas lainnya. Pengunjung yang datang untuk berziarah ke lokasi tersebut bukan hanya dari Kabupaten Majalengka saja melainkan dari luar Kabupaten Majalengka seperti dari Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu.
f. Makam Buyut Israh
Terletak di Desa Sukasari Kidul Kecamatan Argapura dengan jarak tempuh +15 Km dari pusat Kota Majalengka yang memiliki luas +2 Ha. Akses menuju lokasi Makam Buyut Israh kurang baik dan belum adanya angkutan umum yang menuju lokasi tersebut, melainkan hanya ada ojek. Pengunjung yang datang ke Makam Buyut Israh pada hari biasa hanya beberapa orang saja, namun pada bulan tertentu seperti bulan rayagung pengunjung yang datang ke lokasi terebut bisa mencapai 500 orang/hari, dan adanya sebuah hajat yang disuguhkan oleh pengelola makam Buyut Israh tersebut. Fasilitas dilokasi tersebut hanya terbatas seperti hanya ada toilet, dan musola. Pada umumnya pengunjung yang datang hanya untuk berziarah dan meminta keberkahan.
g. Sumur Sindu
Terletak di Desa Sumber Wetan Kecamatan Jatitujuh dengan jarak tempuh +37 Km dari pusat Kota Majalengka yang memiliki luas +150 m2. Objek wisata ini merupakan peninggalan budaya yang merupakan sebuah sumur keramat yang airnya dipercaya oleh masyarakat sekitar untuk membersihkan atau mensucikan diri. Akses menuju lokasi tersebut kurang baik seperti jalan yang rusak dan belum adanya angkutan umum yang menuju lokasi tersebut. Fasilitas di objek wisata budaya ini sangat kurang. Untuk pengunjung yang datang ke lokasi wisata budaya tersebut relatif banyak, untuk hari malam jumat kliwon mencapai 10-50 orang, sedangkan untuk hari besar seperti muludan mencapai 100 orang pengunjung yang datang dan dari pihak pengelola atau kuncen menyuguhkan wayang kulit sebagai hiburan pengunjung. Tiket untuk masuk ke lokasi tersebut tidak di target melainkan hanya sebatas infak.
h. Sumur Dalem
Sumur Dalem terletak di Desa Pilangsari Kecamatan Jatitujuh dengan jarak tempuh +33 Km dari pusat Kota Majalengka yang memiliki luas +100 m2.  Objek wisata ini merupakan objek wisata budaya yang merupakan sebuah sumur keramat yang airnya dipercaya oleh masyarakat sekitar untuk memintah berkah. Akses menuju lokasi tersebut kurang baik seperti jalan yang rusak dan belum adanya angkutan umum yang menuju lokasi tersebut, selain itu lokasi yang berada di tengah hutan dan jauh dari pemukiman warga sekitar. Namun pengunjung yang datang ke tempat lokasi wisata budaya tersebut masih ada, setiap pengunjung yang datang ke tempat wisata tersebut di antar oleh juru kunci (kuncen).
i. Makam Pangeran Muhammad
Makam Pangeran Muhamad yang menempati area seluas sekitar 4.150 m² terletak di Kampung Cicurug, Desa Cicurug – Kabupaten Majalengka. Di tengah area persawahan di daerah perbukitan yang berjarak sekitar 3 km dari pusat Kota Majalengka. Pangeran Muhammad merupakan utusan Sunan Gunung Djati dalam menyebarkan agama Islam di daerah Majalengka. Area pemakamannya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu  halaman parkir, halaman yang berisi makam-makam juru kunci, dan makam Pangeran Muhamad. Makam Pangeran Muhamad terletak di bagian paling belakang atau paling utara. Di sini Anda akan mendapatkan satu bangunan cungkup permanen berukuran 5 x 6 m, berlantai keramik putih, dan beratap genting. Makamnya ditandai dengan adanya jirat dan dua nisan yang terletak di bagian utara dan selatan jirat. Jirat tersebut merupakan bangunan berdenah segi empat berteras tiga. Jirat dibuat dari bahan permanen dengan permukaan dilapisi keramik. Nisan dibuat dari batu pipih dengan bentuk dasar segi empat dan pada bagian atas berbentuk undakan yang diakhiri bentuk rata pada bagian atasnya. Uniknya, makam ditutup dengan kelambu berwarna putih ya
seperti yang telah kita tahu majalengka adalah salah satu kabupaten yang letaknya amat strategis.selain kawasannya yang amat sejuk nan indah karena lokasi yang drkat dengan pegunungan.setiap daerah memiliki sejarah tersendiri dan majalengka juga memiliki sejarah. singkatnya adalah dahulu dari kerajaan cirebon yang rakyatnya sedang mengalalmi musibah penyakit malaria yang amat sulit mencari obatnya kemudian raja memerintahkan dua orang utusan untuk mencari buah maja setelah kedua utusan tersebut mencari akhirnya mereka tiba di sebuah perkampungan yang berada di bawah naungan nyi rambut kasih . ia tidak menyenangi jikalau ada orang masuk ke wilayahnya tanpa ijin dan nyi rambut kasih akhirnya mengetahui apa tujuan mereka datang ke wilayah kerajaaanya akhirnya ia dengan segala kekesalanya dan kemarahanya nyi rambut kasih menyihir buah maja yang tadinya amat banyak tumbuh kini telah hilang dan akhirnya masyarakat sekitar menyebutnya dengan "majane langka" artinya buah maja hilang dan kini masyarakat sekitar menyebutnya dengan "majalangka" atau "majalengka".
kini potensi  nya pun cukup meningkat pembangunan yang telah direncanakan telah di laksanakan. selain itu kawasan majalengka cukuyp nyaman dan curah hujan yang sedang dan luas wilayah yang cukup luas walaupun belum terlalu kota.ng disangga empat tiang besi.APAKAH TIDAK TERTARIK UNTUK MENGUNJUNGI KOTA MAJALENGKA ?

Tidak ada komentar: